Baby Blues atau Depresi? Kenali Gejala dan Cara Mengatasinya Sebelum Terlambat
Kenali perbedaan baby blues dan depresi pascapersalinan. Pahami gejala, dampak, serta cara mengatasinya agar ibu tetap sehat jiwa dan raga.
GAYA HIDUP
Tim Redaksi
9/30/20252 min read


Saat Bahagia Melahirkan Justru Membawa Kesedihan
Tidak sedikit ibu baru yang kaget ketika setelah melahirkan justru merasa sedih, mudah menangis, bahkan kehilangan semangat. Banyak yang mengira ini wajar dan akan hilang sendiri. Tapi, hati-hati—ada garis tipis antara baby blues dan depresi pascapersalinan (postpartum depression).
Fenomena ini bukan hal sepele. Sebuah studi menemukan bahwa 92,5% ibu postpartum mengalami baby blues dengan gejala suasana hati tidak stabil dan mudah menangis (jurnal.uimedan.ac.id). Tapi pada sebagian perempuan, kondisi ini bisa berkembang menjadi depresi serius yang memengaruhi kesehatan ibu dan bayi.
Apa Itu Baby Blues?
Baby blues adalah perubahan suasana hati ringan yang biasanya muncul 2–5 hari setelah melahirkan dan mereda dalam waktu 2 minggu.
Gejala umum:
Mudah menangis tanpa alasan jelas
Mudah tersinggung
Cemas berlebihan
Sulit tidur meski bayi sudah tertidur
Baby blues sering dikaitkan dengan perubahan hormon dan kelelahan fisik. Meski melelahkan, kondisi ini biasanya akan hilang dengan sendirinya jika ibu mendapat dukungan emosional.
Apa Itu Depresi Pascapersalinan?
Berbeda dengan baby blues, depresi pascapersalinan (postpartum depression) lebih berat, lebih lama, dan butuh penanganan medis.
Gejala yang sering muncul:
Sedih dan putus asa berlarut-larut
Kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari
Sulit membangun ikatan dengan bayi
Merasa tidak layak jadi ibu
Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi
Menurut Psychology Today, kondisi ini bisa diibaratkan sebagai identity crisis pasca melahirkan, ketika perempuan merasa kehilangan jati diri dan tak lagi mengenali dirinya.


Mengapa Bisa Terjadi?
Ada banyak faktor pemicu:
Hormon: perubahan estrogen & progesteron drastis setelah persalinan
Kelelahan fisik: proses melahirkan & kurang tidur
Dukungan sosial minim: tidak ada pasangan/keluarga yang membantu
Faktor psikologis: riwayat depresi atau kecemasan
Kondisi ekonomi & budaya
Tinjauan sistematis menunjukkan, kurangnya dukungan sosial menjadi salah satu faktor utama berkembangnya baby blues menjadi depresi (journal.unpacti.ac.id).
Cara Mengatasi Baby Blues
Istirahat cukup (meski sulit, tidur ketika bayi tidur bisa membantu).
Minta bantuan pasangan untuk pekerjaan rumah.
Curhat ke teman atau komunitas sesama ibu.
Self-care sederhana seperti mandi air hangat, jalan pagi, atau menulis jurnal.
👉 Baca juga: Self-Care Sederhana untuk Perempuan Sibuk


Kapan Harus Cari Bantuan Profesional?
Segera hubungi tenaga kesehatan jika:
Gejala berlangsung lebih dari 2 minggu
Sulit mengasuh bayi
Ada pikiran menyakiti diri sendiri/bayi
Menurut WHO, depresi pascapersalinan bukan kelemahan pribadi, melainkan masalah kesehatan yang nyata dan bisa ditangani. Jangan ragu mencari bantuan.
Peran Keluarga & Pasangan
Depresi pascapersalinan bukan hanya urusan ibu. Pasangan punya peran besar. Dukungan emosional, fisik, dan finansial dari pasangan bisa mengurangi risiko baby blues memburuk.
👉 Baca juga: Peran Ayah dalam Mencegah Baby Blues


Penutup: Kamu Tidak Sendiri
Kalau kamu merasa sedang melewati masa sulit setelah melahirkan, ingat: kamu tidak sendirian. Ada banyak ibu lain yang pernah merasakannya. Baby blues bisa teratasi, dan depresi pascapersalinan bisa disembuhkan dengan bantuan yang tepat.
💌 Punya pengalaman pribadi? Bagikan di ruang Suara Pembaca Tapisdigital. Kisahmu bisa menjadi cahaya untuk perempuan lain yang sedang berjuang.
Artikel Terkait
Berita dan artikel dengan perspektif inklusif.
Komunitas
Info Terkini
redaksi@tapisdigital.id
+62 895-1440-2290
© 2025. All rights reserved.
